01 March 2016

Fenomena Diet Mayo

Mungkin untuk orang Indonesia seumuran saya, satu hal ini sudah mulai menjadi mimik. Fenomena undangan nikahan. Yang biasanya kita dapat undangan dari kolega orang tua (orang tua yang diundang, kita ikut makan gratisnya aja) menjadi fenomena undangan dengan nama kita sebagai orang yang diundang. Kadang ada undangan yang bunyinya..

XXXX dan pasangan

Sakit lumayan buat yang jomblo berkepanjangan seperti saya hehe.

Saya sendiri sedang mengalami ini. Semenjak saya pulang ke tanah air, hampir setiap minggu saya menghadiri nikahan teman. Entah teman SMP, SMA, teman kuliah, teman waktu di Korea, teman ini itu anu, pokoknya teman seumuran.

Fenomena ini sebenarnya juga memunculkan banyak fenomena lain, diantaranya fenomena, diet. Kenapa? Setiap orang (termasuk saya) jadi lebih aware akan penampilannya disetiap undangan. Gimana caranya kelihatan bagus saat memakai kain atau kebaya. Kalau pestanya international, bagaimana cara terlihat bagus memakai gaun, iya ini menjadi perhatian kebanyakan pemuda saat ini. Ditambah lagi adanya kultur baru, bridesmaid. Ini dia.. INI! Hahahaha. Gimana caranya gak kalah cakep cantik ayu jelita dari bridesmaid yang lain dan kelihatan oke di foto, nah ini.

Salah satu fenomena diet yang ingin saya angkat pada postingan ini adalah diet mayo. Diet yang banyak ditawarkan di sosial media. Diet yang sepintas hasilnya terlihat instant. Diet yang gak perlu repot karena makanannya diantar dan disediakan langsung ke rumah atau kantor anda.


 Dua menu paling fulling selama program

Jadi sebenarnya, apa sih diet mayo ini? Dari beberapa website yang saya baca, sebenarnya diet mayo ini semacam detox untuk tubuh kita dari nasi dan garam selama 13 hari. Jadi karena kita tidak mengkonsumsi garam, harapannya saat kita kembali makan normal, berat badan yang sudah hilang itu tidak kembali lagi. Diet mayo ini juga tidak boleh dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Karena bagaimanapun, tubuh kita tetap membutuhkan asupan garam dan nasi. Ada yang bilang diet ini hanya boleh dilakukan 2 bulan sekali (diseling) ada juga yang bilang kalau baiknya hanya dilakukan setahun sekali. Saya kurang tahu mana yang benar. Sejujurnya saya sering dengar istilah diet garam seperti ini dari teman-teman Korea saya. Namun saya sempat merasa kok ini sepertinya terlalu ekstrim. Maka dari itu saya sempat ragu untuk mencoba sampai akhirnya diyakinkan oleh mama. Toh nggak ada salahnya dicoba.

Lalu saya akhirnya benar-benar mencoba hahaha. Dan hasilnya? Berhasil. Saya turun sekitar 6kg dalam waktu 13 hari. Tapi itu jujur tidak gampang. Namun bagi saya, yang penting berubah dulu. Pola makan saya berubah, total. Dari yang minum kopi setiap hari, ke gak minum kopi sama sekali. Dari yang ga bisa minum air mineral kalo gak dingin, ke minum air anyep 4 botol yang 600ml setiap hari. Dari yang makan nasi, ke gak makan sama sekali. Dan seterusnya. Susah? Pasti. Tapi entah mengapa, mungkin karena ini bayar dan gak murah, saya jadi termotivasi.

Saya cheating udah kayak apaan tau. Dari hari pertama bahkan. Mama dan Papa super gak tega saat ngeliat makanan hari pertama. Saya sampai disidang "Kamu kalo lemes, pusing, langsung makan yah," dan pada akhirnya Mama selalu memberikan menu tambahan untuk saya. Setiap hari. Karena jujur, lemes. Alhamdulillah saya punya Mama yang sangat supportif yang dengan baiknya memberikan menu no salt tambahan setiap hari. Thank you Mom.

Mungkin efeknya akan berbeda ke setiap orang. Jujur, ini pasti perut saya kaget banget. Saat porsi yang masuk kadang cuma seperempat dari porsi yang biasa saya makan (sayang yang ada fotonya yang porsinya banyak aja). Saya semenjak balik dari Korea, makan itu sangat membabi buta. Saya yakin paling nggak saya sudah naik 5kg semenjak Oktober 2015. Jadi tiba-tiba makan sesedikit ini, pasti perutnya kaget.

Tapi akhirnya sekarang saya jadi terbiasa tidak makan nasi (sudah 3 minggu) dan tidak minum air dingin. Semoga ini membawa perubahan yang baik buat saya. Bukan supaya kurus. Tapi supaya sehat hehehe.