28 August 2011

Sokcho City, South Korea: Day 2

Hari pertama kami sampe di Hotel sekitar tengah malem dan kecapean teramat sangat. Sampe di hotel cuma mandi, ngobrol dan ketawa-tawa, gantian pake internet dan tidur. Pas bangun semua kaget, udah jam 7.15 sedangkan kami rencananya mau naik bus gratisan yang brangkat jam 8. Mana jauh tempatnya, jadilah batal. Tapi kita ga mau rugi, pokoknya hari ini kita harus berhasil ke luar kota, akhirnya kita ke express bus terminal dan beli tiket ke Sokcho.

Sokcho ini jaraknya agak mirip jakarta-bandung, sekitar 3 sampai 4 jam dengan bus. Lumayan bisa tidur hehehe. Sokcho menurut gue kota yang indah banget. Udaranya sejuk, orang-orangnya ramah. Disini jarang ada bangunan tinggi, yang ada bangunan semacam ruko aja dipinggir jalan. Indah banget pokoknya.

contoh bangunan di Sokcho
Sesampenya disana, baru juga turun bus, udah ada Tourist Information Center, alhamdulillah banget ya hihi. Orangnya super ramah dengan bahasa inggris yang super oke dan super ngerti sama kota Sokcho sehingga kami ga terlalu bingung lah ya.
Emang dasar sampenya udah jam makan siang, cacing di perut si ronny sama katherin kelihatannya udah mulai disko (gue puasa) dan mulailah pencarian untuk makan siang. Menurut buku sakti Ronny, kalau di Sokcho, kita harus banget nyobain Bibimbap. Oke, akhirnya makan siang diputuskan untuk makan Bibimbap. Sebenernya Bibimbap teh apa sih? Karena emang gue puasa hari itu, gue tanya sama Katherin dan Ronny gimana sebenernya rasa si Bibimbap. Kata Ronny, rasanya em seperti nasi pecel, sedangkan kata Katherin, biar dikata ini namanya Bibimbap, rasanya teteup Kimchi hahaha. Jadi Bibimbap ini adalah nasi yang diatasnya disusun berbagai sayuran dan telur (ada yg mentah bisa juga mateng), kalau soal rasa, gue sempet coba makan pas buka puasa di Express Bus Terminal, Bibimbap ini bersahabat dengan lidah orang Indonesia, malah gue cenderung doyan hehee.
Setelah makan, the journey starts. Dengan berbekal sebuah peta yang udah dilingkerin sana sini sama mas-mas Tourism Information Center dengan beberapa nomer Bus, dan tentunya bekal ke'sotoy'an dan semangat yang tinggi, kita pergi naik Bus. Ngeeeeeeeeng, dan sampai dengan selamat di Seoraksan National Park yieeeeh.
Karena hujan jadi berkelana pake payung nyehehee..
Seoraksan National Park ini adalah sebuah gunung haha, sayang sekali disana hujan (yeah hujan memang musuh besar) tapi biar dikata hujan, kami tetap keukeh mau naik sky lift yang sebelumnya gagal di Namsan Tower. Setelah naik sky lift kami sampai di puncak terendah dari Gunung Seuraksan, udaranya dingin dan berkabut, tapi sedikit banyak terlihat pemandangan yang indah, indah sekali. Gimana kalau ga kabut yah? Pasti luar biasa.
Dari Seuraksan National Park, kami tadinya mau ke pantai. Cuma setelah dipikir-pikir ini hujan dan pantainya sedang dalam rekonstruksi sesuatu yang kami ga ngerti, kami putuskan untuk kembali ke Tourism Information Center dan bertanya how to get to Rodeo Market. Setelah berdebat akan naik taksi atau bus, akhirnya kami pergi ke Rodeo Market, dengan, taksi.
Rodeo Street ini lagi-lagi bentukannya semacam Pasar Baru Jakarta, jadi ada jalanan panjang yang dari ujung ke ujung isinya toko semua. Tapi nampaknya disini banyak menjua barang KW, contohnya kami menemukan sebuah toko dengan lambang dan font yang persis dengan brand PUMA, tapi namanya PAMA. Jadi bagaimana ini Pak Reza? Ada pemalsuan brand begini? Bisa kale nanti kalo udah masuk ditanyain ke dosen Brand Management fufufu~
Rodeo Street ini unik sekali. Banyak patung-patung dan monumen-monumen mini. Walalupun ga tau apa artinya (karena semua tulisanya pake bahasa korea) tapi kayaknya ini semacam tentang perjalanan hidup dan career penduduk lokal hehe.
Welcome to Rodeo Street
Setelah capek celingukan di Rodeo Street, kami merasa bahwa kami harus mencoba satu lagi makanan khas kota ini, yaitu, Squid Sundae. Akhirnya nyari deh keliling-liling di Rodeo Street sampe akhirnya menemukan satu tempat makan yang suasananya enak dan kami menduga kalau ini adalah tempat makan all-you-can-eat BBQ yang disebutkan di buku saktinya Ronny. Disini lucu banget, semua pelayan sepertinya mempunyai hubungan saudara alias ini restoran keluarga dan mereka tidak berbahasa inggris. Hanya dua kata dalam percakapan yang saya mengerti. Pertama "Sit down" kedua "Two not one" hahaha. Oke, jadi si Squid Sundae ini rupanya adalah cumi bakar yang diisi nasi beserta sayuran. Katanya sih enak, sayang gue puasa jadi cuma bisa menatap aja :p
Resto tempat makan Squid Sundae
Setelah perut kembali kenyang, kami melanjutkan perjalanan, hari udah mulai redup, sekitar jam setengah lima waktu Korea (kondisinya macem jam 3 cuma mendung) dan kami mencari tau gimana caranya untuk menuju ke Sokcho National Museum. Keliling-keliling, mencoba memahami peta, puter sana sini, coba baca jadwal bus (yang ternyata semua dalam tulisan korea) akhirnya kami menyerah dan mencoba bertanya pada orang di jalan. Dan hasilnya NIHIL. Mereka semua ga ada yang bisa ngomong inggris, bahkan anak Wamil ganteng yang dicegat Katherin pun cum bilang "Sorry, i'm a student here" hahahaa. Tapi ada kejadian yang dengan random Ronny dipanggil sama ibu-ibu yang kayaknya mau nolong dan sok ngerti pas ronny nanya pake bahasa inggris, tapi ternyata ibu ini menjaab dengan bahasa korea. Gue sama Katherin cuma bisa nyengir, sedangkan Ronny langsung ketawa ngakak ditempat. Hopeless.
Ibu-ibu sotoy yang nyaut pake bahasa korea
Akhirnya kami memutuskan untuk yaudahlah ya balik aja ke Tourism Information Center terus tanya sama mas-mas jago bahasa inggris disana. Kami sampai di TIC sekitar jam 5.30 dan ternyata kata si mas museum di Sokcho tutup jam 6 sore -____-" Yasudah kami beli tiket bus pulang ke Seoul dan tidur dengan tenang hehee.
Oke ini akhir dari perjalanan hari kedua, see you in the next post :D







27 August 2011

Seoul, South Korea: Day 1

Pergi ke Korea, rasanya kayak dreams come true, apa lagi perginya bawa nama kampus dan Indonesia. Perginya ngga cuma buat sekedar traveling sama temen dan main dan jalan dan foto, tapi perginya untuk mencari ilmu.

Oke, di postingan yang ini gue akan cerita tentang hari pertama sampai di Korea. Dimana gue Katherin, dan Ronny masih jalan bertiga kemana-mana karena emang yang lain belom pada dateng.

Jadi asalnya, dari ITB ada 26 orang perwakilan yang berangkat ke HPAIR ini, tapi karena satu dan lain hal kak Faiza ga jadi berangkat. So, here we are (lihat foto dibawah, thanks buat Kak Hazki yang udah buatin baliho super keren yang nampang di depan kampus). Kayak bedol desa emang sih anak ITB ini. Perginya borongan, ramean. Pas awal, gue emang belom kenal sama yang lain, baru Katherin, Ronny, Kak Bunga, Kak Kika, sama Kak Saski doang palingan, yang lain sama sekali ga tau, sampe akhirnya diadakan buka puasa bersama. Alhamdulillah at least jadi tau muka dan kenal dikit hehehe.

Akhirnya, gue Ronny Katherin berangkat agak duluanan dari yang lain, bukan ga mau ngumpul apa gimana, cuma si Katherin tanggal 26 udah harus berangkat lagi ke Belanda, sedangkan yang lain baru jalan-jalan abis HPAIR dan balik tanggal 27, jadi yaudah gue dan Ronny nemenin Katherin jalan-jalan hehe. Berangkat 3an dengan pengetahuan tentang pesawat yang minim emang bikin ketawa ngakak sepanjang jalan. Ditambah lagi pristiwa-pristiwa horor macemnya air softlens serta sampo dan odol Ronny yang diambil sama mbak-mbak Changi, sampe cerita dimana kita takut banget bakalan di deportasi dan gagal ke Korea gara-gara Passport dan Boarding Pass si Ronny ketinggalan di SQ yang dari Jakarta ke Singapore.

atas: Soekarno-Hatta, Bawah: Incheon
Begitu sampai di Incheon, kita bingung. Seperti biasa lah, jangankan di Korea, di Bandung aja gue, Katherin, dan Ronny sering berbuat aneh dan menciptakan kebodohan, nah gimana ini coba? Di negeri orang yang kita ga tau bahasanya? Well, kehebohan pertama terjadi saat kita dengan sotoynya ga ngikutin arus orang yang keluar pesawat. Abisan gue kebelet pipis, jadi aja ngeloyor ke kamar mandi, abis itu kita malah foto-foto. Dan pada saat sadar, disekitar kita udah kosong alias ga ada orang sama sekali. Akhirnya kita meraba-raba, baca petunjuk sekenanya. Ternyata harus naik monorail untuk menuju terminal kedatangan, dan di dalam monorail kita foto lagi lah hahhaaa. Setelah menyelesaikan serangkaian proses, kami keluar dan mencari tempat membeli tiket bus. Ternyata diluar dugaan, harga bus udah naik aja dong, dari yang kita tau harganya 10000 won, ternyata harganya 15000 won. Yasud, apa mau dikata kan? Dari pada nyasar. Singkat cerita nih (biar cepet) kami udah sampe di Tiffany Hotel (atau Tippany hotel?) em, hotel yang cukup lumayan lah untuk tarif yang murah, karena belom bisa check in, akhirnya kami titipin aja si koper dan capcus!!!
Hari pertama ini, agenda cukup (sangat) padat. Jadi dengan bekal pengetahuan sekenanya, kami nekat aja pergi. Pertama kami pengen banget ke National Museum, tapi sayangnya sampai disana tutup, sial sial. Yaudah karena perut sudah lapar (hari pertama ini gue ga puasa) akhirnya kami lanjut aja lah ke Myeongdong. Disana makan hehehe, dan melihat-lihat pusat perbelanjaan yang super besar itu. Kalau ditanya mirip apa, gue akan bilang tempat ini mirip sama pasar baru Jakarta. Kayak ada satu jalan dengan toko di kanan dan kirinya. Gue karena memang pada dasarnya datang ke Seoul dengan ga ada niatan belanja, biarpun disana barangnya oke, tetep we ga ada napsu belanja. Gue ga beli apa-apa disini, cuma makan dan menikmati atmosfer perbelanjaan hehehe.
Karena kami super laper dan ngeliat ada kedai mie, langsung aja masuk. Sebenernya di sebelah kedai mie ini ada kedai seafood dan sebuah-makanan-yang-namanya-gue-lupa. Tapi di depan kedai seafood itu, ada aquarium berisikan sebuah/seekor binatang yang super sangat menjijikan (perpaduan antara cacing raksasa dan lintah) dan untuk menghindari ketidaksengajaan makan itu, kami masuk ke tempat yang aman aja deh. Kedai Mie. Dan ini lah makanan kami :)
Atas: Depan National Museum, Bawah: Suasana Myengdong
Seafood Ramen
Setelah mengisi perut, suasana hati membaik hahahaa. Akhirnya melanjutkan perjalanan untuk melihat sungai yang bisa buat celup-celup kaki di pusat kota Seoul. Lagi-lagi sayangnya pas kita kesana si sungai lagi deres arusnya sehingga ga boleh turun. Tapi gapapa, bisa liat dari deket banget sungai tempat syuting videoclip SEOUL ini aja gue udah seneng banget. Akhirnya kita lanjut jalan, masih di daerah situ (gue lupa namanya, gue sangat susah menghapal dalam bahasa Korea) dan menyangsang di sebuah palace. Palacenya keren menurut gue, keren banget malah, walaupun hujan hehee.
Atas: Jembatan sungai, Bawah: Grebang masuk Palace
Setelah capek putar-putar dalam palace, hari udah mulai gelap, mau ke palace yang satunya lagi, tapi ternyata udah tutup. Akhirnya putar otak dan memutuskan untuk ke Seoul Tower. Kita berusaha tanya sana-sini gimana caranya bisa sampai ke Seoul tower yang padahal dari tempat kita berdiri ini keliatan. Akhirnya kita tanya ke information center yang ada di dalam palace. Si mbaknya jago banget bahasa inggris, alhamdulillah, susah banget loh cari orang bisa bahasa inggris di korea. Ternyata cara mencapai Seoul tower tanpa capek adalah dengan naik subway dan disambung dengan bus. Ga sampe satu jam, walaaa kami sudah sampai di Seoul tower. Mungkin seharusnya tempat ini super indah, tapi karena hujan..... ya gitu deh jadi agak berkabut. Tapi tetep aja indah. Gue ga ngerti kenapa orang-orang korea sangat percaya tahayul ini dan itu. Di Seoul tower ini ada pohon yang semuanya digantungin gembok cinta pasangan muda, begitu juga dengan dinding resto tempat kami makan. Tapi pohon gembok ini super indah dan super keren, warna warni dan kalau kena lampu jadi bersinar. Di Seoul tower kami juga masuk ke Teddy Bear Museum yang super cute, ada teddy bear segede gue yang rasanya pengen diboyong pulang hihi.
Atas: Pohon gembok, Bawah: Teddy Bear Museum (yg ditengah bukan teddy bear yah)
Sampe disini aja perjalanan kami hari pertama. Kecapekan lelah letih lesu dan lepek kehujanan rasanya kebayar dengan keindahan kota Seoul. Di postingan yang akan datang, gue akan bercerita tentang kota lain, yaitu kota Sokcho. Oke?
See you around folks :)







24 August 2011

Sekilas mengenai Korea

Seperti pada postingan gue yang ga tau kapan, gue udah lupa hehe. Gue pernah menyebutkan tentang HPAIR. Apaan nih HPAIR? Ini semacam konferensi yang diadain sama Harvard. Kepanjangan HPAIR ini sendiri adalah Harvard Programe for Asia and International Relation, yang kebetulan tahun ini diadainnya di Seoul, Korea Selatan.

Jadi, pada tanggal 15 lalu, gue, Katherin, sama si Ronny berbondong-bondong pergi ke Seoul. HPAIR ini sendiri sebenernya mulai tanggal 19, tapi berhubung Katherin harus pulang lebih awal, jadi gue dan ronny memutuskan untuk nemenin Katherin jalan-jalan sebelum konferensi dan pulang lebih awal dari 22 delegasi ITB yang lain (dan sekarang gue menyesal pulang duluan).

Postingan yang ini mau ngasih over view aja tentang Korea menurut sudut pandang gue, postingan berikutnya (mungkin) akan menceritakan tentang si HPAIR dan perjalanan gue di Korea selama 9 hari lamanya.

Jadi, beberapa fakta yang gue lihat dan rasakan dari Korea adalah:

Toilet di Korea unik dan cukup agak lumayan aneh.
Untuk orang katro kayak gue, mungkin ini aneh. Tapi ga tau juga untuk sebagian orang yang mungkin sudah lebih modern dari pada gue hehehe. Jadi beberapa saat setelah tiba di Korea, gue kebelet pipis dan lansung lari ke toilet terdekat di Incheon. Pas masuk JENG JEEEENG langsung bengong. Dudukan toilet ini dilapisin semacam plastik dan terdapat banyak tombol dengan tulisan korea disampingnya. Hem, gue akhirnya cobain satu-satu tombol itu, dan ini hasilnya..
1. Tombol pemanas
2. Tombol menukar plastik
3. Tombol Flush
4. Tombol ga tau buat apa karena ga ada reaksi hahaha
Selain itu, toilet di Korea ga ada keran untuk em maaf cebok. Jadi kamu-kamu orang Indo yang asa geuleuh kalo pipis ga ada airnya coba untuk bawa botol kemana-mana ok?

Berjalan Kaki.
Korea ini beda sekali dengan Indonesia. Di Indonesia, semua orang mager ger ger, jarang banget keliatan pejalan kaki, sedangkan di korea? jarak yang biasa kita tempuh dengan angkot, harus ditempuh dengan jalan kaki. Contohnya, semua kegiatan HPAIR selalu dimulai dengan berkumpul di gedung COEX. Jarak dari Tiffany hotel ke COEX itu setelah gue lalui selama berhari-hari sekitar kayak dari ITB ke kosan, dan sama-sama menanjak. Dan ini hampir selalu dilalui dengan berjalan kaki (kalau tidak telat) dengan menggunakan pakaian super resmi (blazer untuk cewek dan jas untuk cowok) juga heels. WOW. Kalau di Jakarta ogah banget sih kayak gini, tapi, di Korea semua memang berjalan kaki, jadi ga ada yang aneh.

Korea sebenarnya agak mirip dengan Sunda.
Ini cukup bikin gue kaget sebenernya. Soalnya gue udah terbiasa dengan situasi dan suasana sunda akibat udah 2 tahun menetap di Bandung untuk kuliah, dan ternyata di Korea, ada sedikit persamaan. Pertama, orang korea tidak bisa menyebut F melainkan P. INI KAGET LOH GUE. Pada saat gue dan anak-anak naik taksi, saat kita bilang Tiffany Hotel, abangnya agak bingung, dia taunya TIPPANY HOTEL. Oke tancap bang. Selain itu, gue juga agak kaget. Hari pertama tiba di Seoul, gue ga kuat puasa. Karena malemnya ga tidur ditambah pas gue sampe udaranya panas dan pengap ditambah kita jalan-jalan liar banget, akhirnya pas makan siang gue buka puasa. Kita makan siang di daerah Myengdong daerah belanja-belanji cemacem deh. Kita masuk ke sebuah kedai ramen, dan yang mengejutkan, kita dihidang dengan air putih di meja ala warteg di bandung. Well, awalnya gue pikir oh ini mah tempat makannya aja yang baik, tapi ternyata semua tempat makan kayak gitu. Wiiiiiihhhhh...

Mabok.
Ini bukan jenis mabok cendol atau mabok lainnya. Ini mabok beneran. Di Korea, liat orang mabok dimana-mana udah biasa. Jadi, cewek-cewek usahain bawa paling ngga satu cowok buat nemenin kalau jalan malem-malem di Korea, ok? sip. Nah gue juga ketemu dengan beberapa orang mabok di subway. Ada ibu-ibu yang sangkingan maboknya udah ga bisa ngapa-ngapain, ga bisa gerak akhirnya dia tidur telentang dengan tangan dan kaki terbuka lebar dan muka super merah di stasiun subway. Gue cuma bisa ketawa ngakak ngeliat yang macem gini. Ada juga bapak-bapak yang mabok sampe jatoh dan duduk muter-muter di eskalator dengan muka pongo dan neriakin temennya yang ketiduran di subway. Oke ga ngerti lagi deh sama mereka yah.

Cowok ganteng cewek cantik?
Ini presepsi orang Indonesia yang kebanyakan nonton drama korea nih. Faktanya adalah, ga semudah itu loh cari cowok ganteng dan cewek cantik di Korea. Masih gampangan cari di Jakarta malah kayaknya. Gue aja baru menemukan cowok-cowok ganteng dan cewek-cewek cantik setelah ketemu sama committee nya HPAIR yang anak-anak Yonsei. Jadi, ini adalah presepsi yang salah teman-teman.

Mungkin segini aja lah ya fun fact nya. Besok atau mungkin nanti, gue akan menceritakan perjalanan gue di Korea tercinta. Sekarang mau lenje-lenje dulu, masih capek banget rasanya badan. Oke?

See you soon :)

15 August 2011

My Current Gadget and The Story About Them

Abad 21. Abad saat ini. Abad dimana manusia mengalami ketergantungan oleh teknologi. Manusia saling berkomunikasi melalu teknologi, bermain lewat teknologi, berkarya di media melalui teknologi, menulis, membaca, dan banyak kegiatan lainnya yang digantungkan oleh manusia terhadap teknologi.

Gue mungkin salah satu korban dari kekejaman teknologi. Teknologi udah kayak magnet, kayak narkoba, nagih. Gue mulai suka sama gadget gadget. Mulai dari yang memang dibutuhkan, sampe gadget yang gue beli hanya untuk kepuasan batin. Dan mirisnya, semua gadget gue, kecuali laptop, adalah benda yang gue beli melalui jerih payah menabung semenjak SD. Mungkin agak gila ya, tapi mau gimana dong, namanya juga candu.

Oke, mulai aja kita bahas satu-satu gadget yang saat ini berada di tangan gue, dan hampir setiap hari gue bawa kemana-mana:

1. NINTENDO DS LITE PINK



Benda yang satu ini mungkin bisa dibilang udah ketinggalan jaman banget. Secara sekarang udah keluar NDS yang pake dual kamera. Well, sejujurnya gue sangat ingin banget NDS berkamera itu. Tapi, udah mulai inget umur, udah kepala 2 men. Rasanya udah ga pantes sama sekali untuk ngalungin DS kayak anak SD di bandara. Jadi gue memupuskan niat mengganti NDS ini dengan yang versi baru, biar aja si imut ini nemenin gue di kuliah-kuliah super boring atau menemani kegabutan gue di kosan.

2. iPod Touch Gen 3


Si iTouch ini, setiap hari harus mesti kudu wajib banget hukumnya untuk nangkring di tas gue. Dengan berisi 500 lagu dan hampir 30 games, gue siap menghadapi hari-hari boring atau perjaanan awkward di travel dari Bandung ke Jakarta atau sebaliknya. Menurut gue iTouch adalah benda paling keren yang pernah dikeluarkan Apple. Desainnya pas di tangan, dengan harga yang lumayan terjangkau dan memiliki fitur selayaknya iPhone dan iPad. Well, sama kayak si NDS, iTouch udah ada yang Gen 4 dan memiliki dual kamera, serta rentang games yang lebih banyak, tapi buat gue, iTouch adalah sebuah benda untuk mendengarkan musik, sehingga gue agak tidak perduli dengan adanya fitur kamera atau games atau apapun. Selama masih bisa denger musik, itu adalah iTouch.

3. FujiFilm Mini Instax Camera
Ini gadget yang masih grees, gadget yang dibelikan sama mama papa untuk hadiah ulang tahun gue hehehe. Mungkin karena masih baru juga yah, jadi gadget ini adalah gadget kesayangan gue untuk saat ini. Si putih kecil ini, sangat menyenangkan untuk mengabadikan moment moment indah dalam hidup. Dan menurut saya yang paling penting adalah moment deg-degan nungguin foto hasil dari instax ini. Sebab, kamera ini sejenis polaroid dimana saat tombol dipenet, saat itu juga foto keluar dan hanya satu bijik. Jadi deg-degan, kalau hasilnya jelek ya ga bisa diapa-apain. Sensasi ini mungkin sebuah sensasi yang ga gue dapetin dari digicam. Digicam mah asala foto juga sabodo teuing, kalau ini, deg deg an sob ehehe...

4. From Lenovo to Acer


Banyak temen gue yang bilang gue bodoh, udah bagus-bagus punya lenovo yang tahan banting dan kualitas tinggi, eh malah ganti acer yang cepet rusak. Tapi gue punya alasan sendiri. Waktu itu semester 2, mobilitas di kampus lagi kayak eek teri. Setiap hari senin sampe senin lagi pasti ada di kampus, kalau ditanya hari ini hari apa dan tanggal berapa gue pasti ga tau, dan lebih parahnya, mata kuliah di semester 2 mengharuskan setiap mahasiswa untuk membawa laptop setiap harinya. Bukan satu kelompok satu, melainkan satu orang satu, alias setiap orang.

Laptop Lenovo milik gue ini sangat bagong, bagong sekali. Dan Berat. Dan batrenya cuma 50 menit. Dan chargernya juga bagong. Dan juga berat. Hahaha, kegoblokan abad 21 namanya kalo gue bawa si leni (panggilan sayang buat si lenovo) tiap hari ke kampus. Gue harus gotong-gotong, dan hanya bisa menggunakan laptop di dekat stop kontak.

Akhirnya saat itu gue merengek pada bapak, dengan alasan lengan kanan udah mulai berotot ngangkat dia dan lemahnya batre dia ini. Bapak terbujuk dan memberi saya si Netie (Aspire One). Si Netie ini imut lucu dan menarik. Batrenya tahan 5 jam, dan chargernya kecil hehe. Walaupun baru-baru ini sempet rusak, tapi i love you full lah. Ini udah mulai jalan lagi si lenie. I heart you Lenie :*

5. From The Oldie HTC to Brand New Nokia C2



Sebenernya si Oldie (HTC) tadinya menggantikan fungsi si Bu (N81) gue yang rusak. Kasian lah si Bu pokoknya, dia udah gue pake dari kelas 2 SMA dan melalui masa suram berpindah-pindah tangan bahkan pindah kelas dar XII IPA 2 ke XII IPA 1 atau kadang ke XII IPA 4 gara-gara dipake buat wifi sama si Samin atau Ayang. Dan biasanya balik-balik udah low bat atau bertambah foto dan videonya oleh penghuni kelas tersebut. Bu juga udah pernah jatoh dan ketendang dari depan ruang guru sampe ga sengaja ketangkep sama temen gue yang di depan kantin (anak 71 pasti tau seberapa jauhnya jarak ini, dan si Bu ngesot sepanjang itu) gara-gara kantong di rok gue bolong. Dan akibatnya si Bu boncel dimana-mana, tapi masih sehat walafiat.

Nah kemaren nih, baru kemaren, si Oldie rusak juga. Dia ga bisa nerima telpon, selalu error, dan yang paling parah, dia ga bisa alarm. FAILED!. Akhirnya minta tolong sama papa untuk dibeliin nokia. Akhirnya jeng jeeeeng brand new nokia C2 hehe. Dia dikasih nama Situ aja deh. Semoga si Situ betah dan awet yah :)

5. BlackBerry Bold 9000

Ini nih, gadget kesayangan sekaligus gadget yang paling bikin makan ati. Boldie (BB9000) milik gue yang udah 2 tahun setia menemani gue. Walaupun udah sempet jatoh ngesrot di aspal depan gedung spekta, walaupun udah kecemplung washtafel, walaupun kebanting-banting, walaupun, walaupun, aku cinta kamu lah boldie.

Tapi sekarang mulai betingkah ni anak satu. Mulai loading ga jelas. Batre mendadak drop, ga ada sinyal, ga bisa angkat telpon, BBM ga masuk, SMS ga bisa. Eek lah pokoknya. Tapi sekarang kita lagi damai, dia lagi nurut dikit sama gue.

Boldie, kalo kamu kayak gini terus, abis lebaran aku ganti nih. Suer, plis boldie, i love you so much, jadi jangan nakal yah. Me lobbu :*

09 August 2011

Keluarga Baru

Gue sangat bersyukur karena bisa berkuliah di ITB. Masih inget banget jamannya les di GO, ngobrol sama anak-anak IPA 5 kalau gue ga akan mau kuliah negeri kalau ga masuk ITB. Banyak yang bilang impian gue terlalu muluk, karena semua juga tau kalo masuk ITB itu ga mudah. Tapi saat itu ada teman-teman dan keluarga gue yang selalu mendukung sampe akhirnya alhamdulillah bener-bener masuk ITB. Alhamdulillah.

Setelah masuk ITB, ketakutan gue yang paling besar adalah menjadi sosok anak yang Study Oriented, culun, berkaca mata, dan ga gaul sama sekali. Kalo kata anak-anak itu "gak gue banget" tapi tetep aja, takut. Kata beberapa teman yang angkatan 2008 alias masuk duluan ke ITB, beberapa teman mereka menjadi study oriented, karena ITB itu keras. Nahloh, makin takut. Gue yang emang pada dasarnya ga mau susah, waktu milih SMA aja, padahal nem gue lumayan, masih cukuplah untuk masuk SMA bagus, tapi gue malah nyari SMA yang santai dan bisa main. Tapi ternyata gue salah milih 71, strik juga ini sekolah satu hehe.

Akhirnya setelah masuk di ITB, gue punya prinsip, gue harus punya banyak temen non-SBM supaya ga cupu, gue harus bisa nyeimbangin kuliah dan main. Dan karena prinsip gue ini, gue memilik 4 keluarga sekarang.
  1. Keluarga PROKM 73
  2. Keluarga Pre and Event ITB Fair 2010
  3. Keluarga Mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB
Dan yang terbaru, masih gress masih anget-anget tai ayam yaitu:
"Keluarga Opening Closing PROKM 2011"
Awalnya ngerasa salah banget masuk Opclos. Suer dari lubuk hati paling dalam hehee, sempet ngerasa apa banget deh ini isinya anak Sipil sama Plano semua, gue sama Sania kayak 2 anak SBM nyasar. Tapi makin lama makin lama makin betah hehehe.

Gue inget banget Adam pernah nanya, Opclos kerjanya ngapain aja? Gue dengan polos jawab main. Waktu itu si Adam nanya sekitar akhir juni kalau ga salah, emang yang gue rasain baru main aja. Awal-awal kumpul opclos, 2009nya ditraktir sama si Pak Kadiv, Natio, nonton Ladda Land dan makan popcorn hehehee. Padahal baru kenal beberapa hari tapi kayak udah akrab gitu sama 2009nya. Terus ga lama kemudian bersama anak 2010, kita ke Kebun Binatang dan Musium Geologi, ini cukup random untuk ukuran jalan-jalan anak jaman sekarang, ya ga sih?

Gak lama dari itu, kumpul Opclos mulai diperketat. Setiap hari kumpul di TVST (gue menyebutnya "neveeste") dari pagi sampe sore kadang malem kadang tengah malem. Tapi ya gitu, banyakan ketawanya. Dan bener kata si Agas, makin deket ke Hari H makin banyak aja fasilitas bermain di TVST. Contohnya, ada laptop beserta stiknya buat main entah PES entah CTR, dua deck kartu buat main capsa, tepokan, atau babi, satu deck kartu UNO, UNO stacko, sampe ngebajak sepeda kampus. TVST disulap jadi arena bermain lah ya pokoknya.

Sekarang setelah selesai PROKM, gue mulai rindu neveeste. Rinduuuu banget. Biasanya yah kalau ngumpul di TVST, baru aja mau narok pantat ada duo kembar group si bowo sama ebe yang nanya "Bawa makanan ga kak??" terus si Faza yang tiap hari kerjanya BBM minta maap, si nina yang mukanya kayak mau nangis tiap hari, si eja yang suka bikin panik, dan lain-lain. Sekarang tuh rasanya sepi banget, ga pernah ada jarkom lagi. Setiap pagi buka inbox, kali aja ada jarkom dari si Epot sama Eja yang isinya nyuruh kumpul di TVST jam 9.

Pokoknya yah, opclos itu udah jadi keluarga buat gue. Dan sekali keuarga, akan menjadi keluarga untuk selamanya. Ga ada tuh yang namanya mantan keluarga.

SUGEMA, SUPER MANEH lah pokoknya :*